Makalah Budaya Suku Bangsa di Kalimantan dan Sulawesi


Makalah Budaya Suku Bangsa di Kalimantan dan Sulawesi

BAB I

PENDAHULUAN


Latar Belakang
Manusia dalam kesehariannya tidak akan lepas dari kebudayaan, karena manusia adalah pencipta dan pengguna kebudayaan itu sendiri. Manusia hidup karena adanya kebudayaan, sementara itu kebudayaan akan terus hidup dan berkembang manakala manusia mau melestarikan kebudayaan dan bukan merusaknya. Dengan demikian manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena dalam kehidupannya tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil kebudayaan, setiap hari manusia melihat dan menggunakan kebudayaan.

Rasa saling menghormati dan menghargai akan tumbuh apabila antar sesama manusia menjujung tinggi kebudayaan sebagai alat pemersatu kehidupan, alat komunikasi antar sesama dan sebagai ciri khas suatu kelompok masyarakat. Kebudayaan berperan penting bagi kehidupan manusia dan menjadi alat untuk bersosialisasi dengan manusia yang lain dan pada akhirnya menjadi ciri khas suatu kelompok manusia. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan alat sebagai jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain yaitu kebudayaan.

            Budaya tak akan lepas dari kehidupan manusia. Dimana ada budaya disitulah peradapan manusia berada karena budaya merupakan hasil karya cipta manusia penuangan atas ide, gagasan yang dianggap baik dan kemudian diwujudkan dalam bentuk tindakan yang dilakukan terus menerus sehingga menjadi kebiasaan.
Perbedaan kepribadian manusia menjadikan budaya yang berkembang menjadikan keanekaragaman budaya yang ada. Antara daerah satu dan lainnya tidak sama. Hal itu secara tidak langsung menuntut manusia untuk  memahami dan mempelajari budaya yang ada sehingga dapat saling menghargai antar sesama. Sulawesi dan kalimantan merupakan dua pulau yang luas yang di Indonesia. Tidak mengherankan jika banyak terdapat suku bangsa dan berkembangnya budaya-budaya. Sebagai bangsa yang baik perlu mempelajari sisi-sisi menarik yang berkembang dalam pulau yang besar itu. Berikut akan kita bahas mengenai kebudayaan-kebudayaan yang ada di Pulau Kalimantan dan Sulawesi.
B.     Rumusan Masalah

a.       Apakah Pengertian Kebudayaan ?
b.      Apa saja kebudayaan yang ada di Pulau Kalimantan ?
c.       Apa saja kebudayaan yang ada di Sulawesi ?


C.    Tujuan Penulisan

a.       Mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Kalimantan.
b.      Mengetahui kebudayaan-kebudayaan yang ada di Sulawesi.
c.       Mengetahui perbedaan-perbedaan kebudayaan antara Kalimantan dan Sulawesi.


BAB II

PEMBAHASAN



A.    Aneka Ragam Kebudayaan Kalimantan :
               
Kebudayaan merupakan hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan siapa pun, termasuk pulau yang terkenal dengan hutan hujan tropisnya ini. Dalam subbab ini, akan dibahas berbagai hal mengenai kebudayaan pulau Kalimantan. Dari mulai rumah adat, tarian adat, dan hal lain yang menjadi ciri khas dari wilayah tersebut.

1.    Rumah Adat
Bentuknya memanjang dengan bagian hulu searah dengan matahari terbit dan hilirnya ke arah matahari tenggelam (Betang).

2.    Tarian Daerah

a.       Tari Baksa Kembang
Tari ini berasal dari daerah Kalimantan Selatan. Tarian ini biasanya untuk menyambut tamu agung yang datang ke daerah Kalimantan Selatan. Para penarinya terdiri dari para wanita yang dapat ditarikan beramai-ramai atau secara tunggal. Tari Baksa Kembang menggambarkan seorang putri yang sedang memetik bunga di taman diiringi tabuhan gamelan khas Banjar dan busana yang penuh manik-manik.

b.      Tari Tambun Bungai
Tarian ini berasal dari Kalimantan Tengah yang mengisahkan tentang kepahlawanan Tambun dan Bungai mengusir musuh yang akan merampashasil panen rakyat.



c.       Tari Balean Dadas
Tarian Balean Dadas juga berasal dari Kalimantan Tengah. Tarian ini merupakan ritual untuk memohon kesembuhan bagi penduduk yang sakit.

d.      Tari Gong
Tari Gong berasal dari Kalimantan Timur. Tarian ini biasanya ditarikan dalam upacara penyambutan tamu agung atau pada upacara kelahiran anak dari seorang kepala suku.

e.       Tari Perang
Tarian ini juga berasal dari Kalimantan Timur yang menggambarkan peperangan dua orang pemuda dalam memperebutkan seorang gadis yang diimpikan.
3.      Senjata Tradisional

Kebudayaan Kalimantan yang terkenal dapat dilihat dari senjata penduduknya yang mayoritas adalah suku banjar dan suku Dayak. Senjata mereka yang terkenal hingga dunia internasional adalahmandau dan talawang.

a.       Mandau
Mandau sangat dipercaya mempunyai unsur magis dan biasanya digunakan untuk ritual-ritual adat tertentu seperti perang, pengayauan (pemenggalam kepala musuh), perlengkapan tarian adat dan perlengkapan upacara adat. Mandau memiliki tingkat kesaktian yang berbeda-beda tergantung proses pembuatannya. Biasanya tingkat kesaktian mandau menjadi sangat tinggi jika pada proses pembuatannya banyak kepala lawan yang di-kayau (dipenggal). Penduduk mempercayai roh dari lawan yang dipenggal tersebut akan berdiam di dalam Mandau.; Dengan berkembangnya zaman, fungsi Mandau pada saat ini berubah menjadi barang koleksi serta digunakan sebagai senjata untuk berburu, memangkas semak dan sebagai hiasan dinding.

b.      Talawang
Talawang adalah salah satu senjata yang digunakan oleh suku Dayak untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Talawang ini biasanya terbuat dari kayu yang kuat. Senjata ini sangat ringan sehingga pada saat mempertahankan diri dapat dipegang pada bagian depan tubuh. Bentuk Talawang persegi enam memanjang dengan ukuran kurang lebih satu meter dan lebar setengah meter.; Bentuk Talawang tersebut dibuat sedemikian mungkin agar dapat menutupi dada sehingga berguna untuk menangkis serangan mandau atau tombak musuh. Pada bagian depan Talawang biasanya dihiasi dengan bentukTopeng (hudo), Pilin Ganda atau Lidah api.; Selain sebagai alat pertahanan diri, Talawang juga merupakan pelengkap tarian adat yang penggunaannya bersamaan dengan Mandau.


4.    Nama Suku yang Ada di Kalimantan
Selain keberagam budaya mengenai Pulau Kalimantan, ada lagi hal yang membuat Kalimantan sangat dikenal oleh masyarakat. Hal tersebut adalah suku bangsa yang terdapat di wilayah Pulau Kalimantan. Selama ini mungkin kita hanya mengenal suku Dayak sebagai suku yang ada di Kalimantan. Namun, sebenarnya terdapat banyak ragam suku bangsa yang hidup di tanah Kalimantan tersebut yang juga berasal dari aneka rumpun yang berbeda. Suku-suku bangsa tersebut antara lain adalah :
1. Suku Kutai
2. Suku Banjar
3. Suku Berau
4. Suku Bajau (Rumpun Banjar)
5. Suku Paser
6. Suku Tunjung
7. Suku benuaq
8. Suku bentiaq (rumpun Ot Danum)
9. Suku Bukat
10. Suku Busang
11. Suku Ohong
12. Suku Penihing
13. Suku Punan
14. Suku Modang
15. Suku Basap
16. Suku Punan Sului
17. Suku Punan Beketan
18. Suku Puann Murut
19. Suku Badeng
20. Suku Bakung
21. Suku Merab
22. Suku Wehea (rumpun Punan)
23. Suku Kenyah
24. Suku Kayan
25. Suku Bahau
26. Suku Umaq
27. Suku Lapo
28. Suku Saq
29. Suku Huang Tering
30. Suku Long
31. Suku Touk (rumpun Apo Kayan)
32. Suku Tidung
33. Suku Bulungan
34. Suku Tagol
35. Suku Berusuh
36. Suku Ludanyeh
37. Suku Tinggalan
38. Suku Abai (rumpun Tidung)

B.     Aneka Ragam Kebudayaan Sulawesi

1.      Kebudayaan Sulawesi Utara
Kebudayaan di Sulawesi Utara. Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur melambai semain indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.

a.      Tradisi  di Sulawesi Utara
Budaya mapalus.Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa.
Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru.
Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe.
Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika Ince Pia beraksi pada perayaan cap go meh di Manado.
Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti nasi jaha dan dodol.  Nasi jaha makanan khas pengucapan syukur.
Itulah beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara yang hingga kini masih rutin dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara.

            2. Kebudayaan Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah didiami oleh 12 etnis atau suku yaitu :
o   Etnis kaili di Kabupaten Donggala, kota palu dan sebagian Kabupaten paringi Moutong.
o   Etnis Kulawi dikabupaten Donggala
o   Etnis Lore di kabupaten Poso
o   Etnis Pamona dikabupaten poso
o   Etnis Mori dikabupaten Morowali
o   Etnis Bungku di kabupaten Morowali
o   Etnis Saluan di kabupaten Banggai
o   Etnis Balantak di kabupaten Banggai
o   Etnis Banggai di kabupaten Banggai
o   Etnis Buol di kabupaten Buol
o   Etnis Tolitoli di kabupaten Tolitoli
Ada beberapa suku terasing yang hidup didaerah pengunungan,antara lain Suku Dala dikabupaten Donggala, suku Wana di Kabupaten Monowali, suku sea-sea dikabupaten Banggai dan suku daya di kabupaten Buol dan Toli-toli. Selain penduduk asli ada pula etnis lain dari Bali, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur serta Bugis dan Makasar yang sejak lama menetap dan membaur dengan masyarat setempat. Jumlah penduduk sulawesi tengah berdasarkan sensus penduduk tahun 2007 berjumlah 2.875.000 Jiwa.

A.    Budaya Daerah
Sulawesi Tengah kaya akan Budaya yang diwariskan secara turun menurun. Tradisi yang menyakut aspek kehidupan dipelihara dalam kehidupan  masyarakat sehari-hari. Kepercayaan lama adalah warisan budaya yang tetap terpelihara dan dilakukan dalam beberapa bentuk dengan berbagai pengaruh modern serta pengarug agama. Untuk menyaksikan sebagian atraksi budaya di Sulawesi Tengah dapat kita jumpai di Festival Danau Poso (Calendar Event) yang diselenggarakan pada bulan Agustus setiap tahunnya.

B.     Teknologi
Rumah tradisional Sulawesi Tengah terbuat dari tiang dan dinding kayu yang beratap ilalang hanya memiliki satu ruang besar. Lobo atau duhunga merupakan ruang bersama atau aula yang digunakan untuk festival atau upacara, sedangkan tambi merupakan rumah tempat tinggal. Selain rumah, ada pula lumbung padi yang disebut gampiri.
Dari segi pakaian ada buya atau sarung seperti model Eropa hingga sepanjang pinggang dan keraba-semacam blus yang dilengkapi dengan benang emas. Tali atau mahkota pada kepala diduga merupakan pengaruh kerajaan Eropa.Baju banjara yang disulam dengan benang emas merupakan baju laki-laki yang panjangnya hingga lutut.Daster atau sarung sutra yang membujur sepanjang dada hingga bahu, mahkota kepala yang berwarna-warni dan parang yang diselip di pinggang melengkapi pakaian adat.
           
C.    Kesenian
Masyarakat Sulawesi Tengah memiliki Kesenian Tradisional yang beragam antara daerah satu dengan lainnya, antara lain alat musik Tradisional seperti Suling, Gendang, Gong, Kakula, serta Lalove.Tari masyarakat yang terkenal adalah Dero yang berasal dari masyarakat Pamona, Kabupaten Poso, dan masyarakat Kulawi Kabupaten Donggala.

3 Kebudayaan Sulawesi Tenggara          
Sulawesi Tenggara memiliki kebudayaan daerah yang menarik dan tentu saja unik karena berbeda dengan budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia. Sebagai salah satu kekayaan budaya indonesia , propinsi ini juga memiliki tradisi. Ada beberapa tradisi yang berasal dari Sulawesi tenggara ini dan ini mungkin menjadi bagian dari adat istiadat di masyarakat Sulawesi Tenggara. Diantara adat istiadat tersebuta adalah Tradisi Kalosara, Tradisi Karia, Layangan Tradisional "Kaghati", Tradisi Pusuo serta Pesta Adat Pakande Kandea.

a.      Kebudayaan Daerah, Upacara Adat serta seni tradisional di Sulawesi Tenggara
Sama seperti daerah lain yang juga memiliki nilai nilai tradisi yang kental di propinsi Sulawesi Tenggara ini juga terdapat upacara adat warisan turun temurun. Keunikan tradisi yang berupa upacara adat ini tentu layak di lestarikan demi kemajuan budaya dan  wisata indonesia.

1.Upacara Adat Posuo untuk mengguji keperawanan (Masyarakat Buton Raya)
2.Upacara Adat Kabuenga, dari Kabupaten Wakatobi
3.Upacara Adat Karia, dari Wangi-wangi di Kabupaten Wakatobi
4.Upacara Adat Mataa, dari Kabupaten Buton
5.Upacara Adat Tururangiana Andala, dari Pulau Makassar di Kota Baubau
6.Upacara Adat Religi Goraana Oputa, oleh masyarakat Buton Raya
7.Upacara Adat Religi Qunua, oleh masyarakat Buton Raya
8.Upcara adat Bangka Mbule Mbule di Kabupaten Wakatobi.

Tradisi Upacara Posuo yang berkembang di Sulawesi Tenggara (Buton) sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Buton. Upacara Posuo diadakan sebagai sarana untuk peralihan status seorang gadis dari remaja (labuabua) menjadi dewasa (kalambe), serta untuk mempersiapkan mentalnya.
 dilaksanakan selama delapan hari delapan malam dalam ruangan khusus yang oleh mayarakat setempat disebut dengan suo. Selama dikurung di suo, para peserta dijauhkan dari pengaruh dunia luar, baik dari keluarga maupun lingkungan sekitarnya. Para peserta hanya boleh berhubungan dengan bhisa (pemimpin Upacara Posuo) yang telah ditunjuk oleh pemangku adat setempat. Para bhisa akan membimbing dan memberi petuah berupa pesan moral, spiritual, dan pengetahun membina keluarga yang baik kepada para peserta.
Dalam perkembangan masyarakat Buton, ada 3 jenis Posuo yang mereka kenal dan sampai saat ini upacara tersebut masih berkembang. Pertama, Posuo Wolio, merupakan tradisi Posuo awal yang berkembang dalam masyarakat Buton. Kedua, Posuo Johoro yang berasal dari Johor-Melayu (Malaysia) dan ketiga, Posuo Arabu yang berkembang setelah Islam masuk ke Buton. Posuo Arabu merupakan hasil modifikasi nilai-nilai Posuo Wolio dengan nilai-nilai ajaran agama Islam. Posuo ini diadaptasi oleh Syekh Haji Abdul Ghaniyyu, seorang ulama besar Buton yang hidup pada pertengahan abad XIX yang menjabat sebagai Kenipulu di Kesultanan Buton di bawah kepemimpinan Sultan Buton XXIX Muhammad Aydrus Qaimuddin. Tradisi Posuo Arabu inilah yang masih sering dilaksanakan oleh masyarakat Buton.
Keistimewaan Upacara Posuo terletak pada prosesinya. Ada tiga tahap yang mesti dilalui oleh para peserta agar mendapat status sebagai gadis dewasa. Pertama, sesi pauncura atau pengukuhan peserta sebagai calon peserta Posuo. Pada tahap ini prosesi dilakukan oleh bhisa senior (parika). Acara tersebut dimulai dengan tunuana dupa (membakar kemenyan) kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa. Setelah pembacaan doa selesai, parika melakukan panimpa (pemberkatan) kepada para peserta dengan memberikan sapuan asap kemenyan ke tubuh calon. Setelah itu, parika menyampaikan dua pesan, yaitu menjelaskan tujuan dari diadakannya upacara Posuo diiringi dengan pembacaan nama-nama para peserta upacara dan memberitahu kepada seluruh peserta dan juga keluarga bahwa selama upacara dilangsungkan, para peserta diisolasi dari dunia luar dan hanya boleh berhubungan dengan orang yang bertugas menemani para peserta yang sudah ditunjuk oleh pemangku adat.
Kedua, sesi bhaliana yimpo. Kegiatan ini dilaksanakan setelah upacara berjalan selama lima hari. Pada tahap ini para peserta diubah posisinya. Jika sebelummnya arah kepala menghadap ke selatan dan kaki ke arah utara, pada tahap ini kepala peserta dihadapkan ke arah barat dan kaki ke arah timur. Sesi ini berlangsung sampai hari ke tujuh.
Ketiga, sesi mata kariya. Tahap ini biasanya dilakukan tepat pada malam ke delapan dengan memandikan seluruh peserta yang ikut dalam Upacara Posuo menggunakan wadah bhosu (berupa buyung yang terbuat dari tanah liat). Khusus para peserta yang siap menikah, airnya dicampur dengan bunga cempaka dan bunga kamboja. Setelah selesai mandi, seluruh peserta didandani dengan busana ajo kalembe (khusus pakaian gadis dewasa). Biasanya peresmian tersebut dipimpin oleh istri moji (pejabat Masjid Keraton Buton).
Semua Upacara Posuo dimaksudkan untuk menguji kesucian (keperawanan) seorang gadis. Biasanya hal ini dapat dilihat dari ada atau tidaknya gendang yang pecah saat ditabuh oleh para bhisa. Jika ada gendang yang pecah, menunjukkan ada di antara peserta Posuo yang sudah tidak perawan dan jika tidak ada gendang yang pecah berarti para peserta diyakini masih perawan.

      5.      Kebudayaan Sulawesi Barat
Suku mandar
Manusia Mandar adalah salah satu suku yang menetap di Pulau Sulawesi bagian barat. Suku ini menetap di wilayah Kabupaten  Polewali, Mandar dan Majene. Suku Mandar selama ini di kenal  sangat kuat dengan budayanya.Mereka menjunjung tinggi  tradisi, bahasa dan adat istiadatnya. Filosofi hidup mereka berbeda dengan suku Bugis, Makassar, Toraja dan suku lainnya yang berdekatan dengan lingkungan kehidupan mereka di Sulawesi. Suku Mandar di kenal teguh dengan prinsip hidupnya.
a. Agama
Sekitar 90% dari Suku Mandar adalah pemeluk agama Islam, sedangkan hanya 10% memeluk agama Kristen Protestan atau Katolik.Umat Kristen atau Katolik umumnya terdiri dari pendatang-pendatang orang Maluku, Minahasa, dan lain-lain atau dari orang Toraja.Mereka ini tinggal di kota-kota terutama di Makassar.
b.Mata pencaharian dan teknologi
Adapun mereka yang tinggal di desa-desa di daerah pantai, mencari ikan merupakan suatu mata pencarian hidup yang amat penting.Dalam hal ini orang Mandar menangkap ikan dengan perahu-perahu layar sampai jauh di laut. Orang Mandar  terkenal sebagai suku-bangsa pelaut di Indonesia yang telah mengembangkan suatu kebudayaan maritim sejak beberapa abad lamanya. Perahu-perahu layar mereka telah mengarungi perairan Nusantara dan lebih jauh dari itu telah berlayar sampai ke Srilangka dan Filipina untuk berdagang.Bakat berlayar yang rupa-rupanya telah ada pada orang Mandar,  akibat kebudayaan maritim dari abad-abad yang telah lampau itu. Sebelum Perang Dunia ke-II, daerah Sulawesi Selatan merupakan daerah surplus bahan makanan, yang mengekspor beras dan jagung ke tempat-tempat lain di Indonesia. Adapun kerajinan rumah-tangga yang khas dari Sulawesi Selatan adalah tenunan sarung sutera dari Mandar.     
c.  Bahasa mandar
Bahasa Mandar adalah bahasa suku Mandar, yang tinggal di provinsi Sulawesi Barat, tepatnya di Kabupaten Mamuju, Polewali Mandar, Majene dan Mamuju Utara.Di samping di wilayah-wilayah inti suku ini, mereka juga tersebar di pesisir Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur. Bahasa ini bagian dari kelompok Utara dalam rumpun bahasa Sulawesi Selatan dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia

B. Organisasi Masyarakat di Sulawesi
Organisasi masyarakat di Sulawesi masih di dominasi oleh organisasi masyarakat di tingkat kedaerahan seperti LSM, himunan para pemuda, partai dan tidak sedikit pula yang terbentuk karena terikat dalam suatu suku. Diantara ormas-ormas yang ada yang paling sering di soroti adalah organisasi pemicu kolfik. Kerusuhan yang ditimbulkan tidak hanya melibatkan satu pihak saja, beberapa ormas tergabung di dalamnya sehingga sangat berpengaruh di seluruh lapisan masyarakat.







BAB III
PENUTUP
1.      Simpulan
Budaya yang berkembang di daerah Sulawesi dan kalimantan sangat beragam. Pada setiap bagiannya terdapat banyak suku adat, namun ada suku mayoritas yang menguasai kebudayaan pada daerah-daerah tersebut. Seperti di Sulawesi Selatan terdapat suku bugis, makasar, mandar maupun toraja. Di Sulawesi Utara ada suku minahasa. Semuanya memiliki karekteristik dan keunikan budaya tersendiri. Mulai dari pakaian adat, rumah adat, tradisi keagamaan , upacara adat, upacara pemakaman ataupun pernikahan, perayaan tahunan, dan kesenian daerah berbeda begitu juga dengan kalimantan. Tingkat pengetahuan dan teknologi setiap daerah pun juga berbeda. Semua itu tidak terlepas dari macam-macam pengaruh yang masuk dalam masyarakat tersebut seperti kepercayan atau agama yang dianut, cara berfikir dan organisasi massa yang ada dalam masyarakat tesebut.
2.   S

Sebagai Warga Negara  Indonesia yang baik harus mengetahui keanekaragaman yang ada dalam Indonesia. Keanekaragaman budaya harus selalu dijaga dan dilestarikan karena merupakan asset Negara yang tak ternilai harganya. Namun jangan sampai Karena keanekaragaman budaya tersebut menjadikan timbulnya konflik atau pun perpecahan dalam kehidupan bernegara. Sikap saling menghomati dan toleransi harus selalu diterapkan agar kehidupan menjadi damai.   

Referensi





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kritik Sastra Terhadap Cerpen "Anak Mercusuar" Karya Mashdar Zinal

Makalah Tentang Iman Kristen dan Iptek